BACA INI !!!

Mungkin kalian aneh membaca tulisan ini. Tapi tolong sempatkan waktu kalian sebentar sekarang, hanya beberapa paragraf yang sedikit aneh berada disini dan sebaiknya kalian baca dan mengerti arti ini. Berkaitan dengan negara, ekonomi, gaya hidup dan politik. Sebelumnya sayapun bukan orang yang mengerti akan aspek-aspek tersebut, namun hanya pemikiran logika yang saya keluarkan dan dituangkan dalam tulisan aneh ini. Saya murid SMA PGRI 3 BOGOR, dan saya juga bukan murid yang eksis disekolah, saya pun hanya datang kesekolah, belajar, diam dikelas dan mengikuti sedikit ekskul : english club. Namun saya tidak berani untuk memperkenalkan siapa saya lebih detail. Dan tulisan ini pun bukan tugas dari guru atau hukuman saya yang sering buat ulah di kelas, tetapi tulisan ini adalah inisiatif dasar atau ke-isengan saya yang rumit untuk memikirkan pelajaran, sehingga saya berniat mengamati keadaan sekitar.
Indonesia termasuk negara yang memiliki penduduk terbanyak di dunia, entah berada di tingkat berapa, saya kurang tahu, namun inti nya seperti itu. Berhubungan dengan hal itu, terpikir di benak saya bahwa pertambahan itu merupakan keadaan yang alami dan tidak dapat dihentikan atau diganggu gugat sehingga pantas jika disebut dengan kodrat manusia. Angka kelahiran pun semakin bertambah dan tidak akan mati dimakan zaman, malah akan melahirkan zaman sehingga menimbulkan eksploitasi tingkat ke-pendudukan. Di Indonesia telah melakukan sbeuah sisetm pemikiran ke-pendudukan yang disebut KB (keluarga berencana), yaitu sistem keluarga yang di himbaukan untuk hanya memiliki dua keturunan, sehingga dapat mengurangi angka kelahiran yang semakin memuncak. Hal itu tidak sepenuhnya efektif, Indonesia juga masih memiliki masalah yang besar, yaitu orang-orang Indonesia selalu ingin hidup di dalam kemewahan, dan ingin semua nya dilakukan dengan cepat namun sedikit perjuangan. Sehingga mayoritas penduduk Indonesia memiliki fasilitas transportasi sendiri-sendiri, misalnya orang-orang penting selalu mempunyai lebih dari satu mobil, dan orang-orang karir selalu memiliki tansport pribadi, misalnya motor. Dan lama-kelamaan Indonesia mengalami penumpukan tingkat transportasi yang berpenghujung perusakan lingkungan akibat polusi dan perusakan fasilitas jalan umum yang menimbulkan kemacetan besar.
Jika dilihat dari gaya hidup negara-negara maju. Indonesia memiliki perbadaan yang jauh dari negara-negara maju. Gaya hidup baik negara-negara maju yaitu mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor sehingga lingkungan tetap terjaga dan juga tidak menimbulkan kemacetan seperti keadaan dikota-kota besar Indonesia. Negara-negara yang memiliki tanggung jawab besar atas keadaan negeri nya itu selalu memiliki rasa cinta akan keadaan yang ada pada di negerinya. Jika kalian pikirkan, bahwa kendaraan bermotor atau barang-barang penting lainnya berasal dari negara-negara maju. Namun keanehan nya mereka tidak terlalu memakai banyak atas hasil produksinya, tetapi malah meng-ekspor nya ke-negara lain. Politik tersebut jika dipikirkan, sangat lah baik dan bermanfaat. Selain menambah penghasilan negara, pemikiran tersebut pun dapat mengurangi peningkatan polusi yang terjadi akhir-akhir ini.
Pernah saya mendengar bahwa Indonesia ingin mengurangi polusi CO2 sebanyak 5ton/hari, namun setelah di amati, keinginan tersebut tidak berhasil dengan maksimal, karena sangat lah sulit dan kesulitan tersebut di akibat kan oleh banyaknya kendaraan bermotor yang ada di kota-kota besar. Selain diakibatkan oleh kendaraan bermotor, polusi pun diakibatkan oleh banyak nya industri-industri asing yang membangun pabrik nya di negeri kita dan tanpa kita sadari hal itu sangatlah merugikan bagi kita. Industri-industri asing mendirikan pabriknya di Indonesia, dan menjual hasil produksi nya pun di Indonesia, jika dipikir dengan logika, hal itu sangat lah merugikan. Contohnya seperti ini : seseorang memiliki suatu tempat atau lahan untuk penghasilan, tetapi lahan tersebut dijual ke orang asing. Lalu si orang asing tersebut membuat suatu produk dan kamudian di beli oleh si pemilik lahan tersebut, dan tanpa terpikirakan orang tersebut sangat lah merugi karena sama saja seperti memberikan tambang emas nya kepada orang lain.
Indonesia pernah di gemparkan oleh para pengurus DPR yang berkeinginan merenovasi tempat kerja nya seperti mengganti tempat duduk, membangun toilet baru yang semuanya mengeluarkan uang yang banyak dan sebenarnya tidak perlu dikeluarkan hanya untuk hal kecil seperti itu.
Indonesia selalu melangkahkan kepada kerugian, contohnya Indonesia selalu meng-ekspor barang-barang yang sangat di perlukan oleh negara lain tanpa harus dipikirakan dan dikelola terdahulu agar menjadi barang-barang siap jual tanpa harus melawati perantara kedua yang menimbulkan kerugian, misalkan Indonesia meng-ekspor kayu-kayu yang unggul ke negara lain, dan saat kayu-kayu tersebut diproduksi menjadi barang jadi oleh negara lain, Indonesia malah membeli nya kembali. Itu termasuk hal yang merugikan.
Setelah saya pikirkan, bahwa penduduk Indonesia ini sedang dijajah oleh negeri sendiri. Indonesia memiliki penghasilan besar dari pajak, yang berarti juga termasuk pajak kendaraan bermotor. Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas berkendara motor, sehingga pajak pun makin menguntungkan bagi pemerintah, namun penduduk Indonesia tidak menyadari bahwa pajak yang menguntungkan itu tidak bisa dirasakan oleh mereka, contohnya fasilitas pejalan kaki, kerusakan jalan, dan jalur-jalur hijau. Itu semua yang mengakibatkan kemacetan dan secara tidak langsung juga menimbulkan lingkungan yang kumuh. Tetapi hasil dari pajak itu entah berada pada tangan siapa, dan malah yang sering kita dengar adalah korupsi dan korupsi.
Ada baiknya juga jika penduduk Indonesia memiliki kebiasaan hidup seperti orang-orang di negeri maju. Misalnya mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dengan cara jalan kaki jika tempat yang di tuju itu tidak terlalu jauh. Selain mengurangi polusi, bisa juga sebagai cara berpola hidup sehat tanpa harus berolah raga secara serius dan membayar dengan mahal. Orang-orang di negara maju selalu pergi bekerja dengan cara berjalan kaki, jadi pada saat jam kerja dimulai, pejalan kaki yang akan melakukan aktifitas nya berkumpul dan memenuhi sebagian bahu jalan, begitu juga saat jam pulang kerja. Dan apa salah nya jika hal itu juga dilakukan oleh penduduk di negeri kita ini, mungkin kemacetan pun akan cepat hilang dan polusi pun ikut turun, dan juga tingkat korupsi dari hasil pajak pun akan berkurang. Semua itu hanya karena kita berjalan kaki saat melakukan aktifitas.
Jadi marilah kita memikirkan semua itu agar Indonesia, negeri kita ini selalu terjaga, bersih, nyaman dan tentram.
Trims 

Pendidikan sekarang

Semakin hari silih berganti, kelas gue di SMA semakin menjadi-jadi. Semua murid disana “freak” abis, kecuali cewe gue. Banyak kejadian yang sengaja dilakukan oleh pada grup-grup onar di kelas gue. Ada seorang murid bandel, panggil saya Riky. Riky itu adalah anak yang cukup bikin sekelas risih, dia emang biang nya onar. Setiap hari datang dengan jaket hitam nya dan kemudian kerjaan nya dikelas itu hanya meledeki anak-anak cewe. Entah apa yang dia lakukan, namun dia selalu berkata bahwa apa yang sedang ia lakukan itu adalah hal yang benar.
Begitu juga anak yang lain. Semua anak-anak cowo yang kurang paham arti sosialisasi, selalu bersikap seronok. Misalnya bercanda saat guru menerangkan pelajaran, berkata kotor ke semua murid, dan nantangin buat berantem. Gue termasuk orang yang pendiem di kelas, karena kerjaan gue cuma duduk disebelah pacar gue dan belajar sambil tersenyum-senyum memandangi cewe gue. Gue ikut juga menjadi korban ke-jahilan para anak-anak bandel di kelas, contoh : saat gue baru membeli sebuah pulpen. Di kelas suasana nya bagaikan di dalam kandang singa yang sedang kelaparan, kenapa, karena bila seseorang mempunyai alat-alat pelajaran baru, dikelas lah alat-alat pelajaran baru bersebut wafat. Sering juga anak-anak pembuat onar itu melecehkan seorang murid, panggil saja murid itu bernama Tono. Si Tono ini memang terlihat sedikit aneh dan juga terlihat seperti orang yang ga pernah minum air keran (nyambung). Tono itu kerjaan nya selalu menjadi bulan-bulanan anak bandel di kelas, contoh : selalu di panggil sebagai banci gendut dengan pantat yang abis di suntik silikon sebanyak seratus kali, karena ya memang sih pantat nya sedikit biggest dan mengembang seperti kue bolu yang abis di panggang. Tapi gue ngerasa dia itu perlu di beri kasih sayang sedikit, karena gue juga ga tega ngeliat dia dilecehkan sampe-sampe saat sholat Ashar di sekolah aja, tali sepatunya di umpetin, entah oleh anak-anak di kelas gue, ataupun anak-anak jail lainnya. Sungguh anak yang sangat malang sekali. Tapi sebenarnya, Tono itu anak nya super asyik. Saat lagi main sebuah permainan yag nama nya “ABCD lima dasar” bareng gue dan pacar gue, dia itu super lucu. Dan saat itu, permainan tersebut terhenti di huruf ‘D’, nah kemudian gue membuat pertanyaan. “Tono sehabis mandi, biasanya ngapain?”, kemudian cewe gue menjawab “Duduk-duduk”, dan saat Tono menjawab, semua tertawa terpingkal-pingkal, karena jawabannya itu kurang logis dan dengan nada yang sedikit mendesah : “Dadahin Banci”. Oh my god, bayangkan (versi ustadz yang ada di TV) sesudah mandi, seseorang masih sempet-sempetnya ‘dadahin banci’, apakah ga ada hal yang logis seperti ganti baju, semprotin minyak wangi, atau pun cukur kumis.
Pernah sewaktu saat, di kelas gue ada yang berulang tahun, panggil lah yang berulang tahun itu Tina. Nah si Tina ini diberi surprise oleh anak-anak cewe, gue pun masih inget akan hal itu, ya karena memang yang membeli kue ulang tahun nya itu gue sama pacar gue yang menyempatkan waktu nya ke supermarket deket rumah gue. Walaupun kue nya itu sederhana dan gue juga belum sempet nyobain apakah rasa nya itu seperti kue buatan Farah Quinn ataukah buatan Bu RT kampung yang suka lupa membedakan mana garam dan gula, sehingga saat ada acara makan-makan di kampung, semua warga terlihat seperti orang yang habis makan pasir laut yang super asin.
Sekolah sekarang sungguh berbeda dengan sekolah di zaman dulu. Pernah gue di ceritakan oleh seorang guru SD dulu, panggil saja guru itu ibu Neni. Bu Neni itu adalah guru bahasa sunda gue di SD, dan entah kenapa dia itu gagal mendidik gue sepertinya, faktanya gue ini lemah dan bego di pelajaran bahasa sunda. Jelas-jelas gue itu orang Bogor yang mestinya itu bisa berbahasa sunda dengan paseh, nyatanya udah kaya orang yang berada di kalangan anak-anak pantai yang memiliki bahasa uuaauauaua entah itu bahasa apa, gue ngasal. Nah si Bu Neni ini bercerita tentang masa-masa dia sekolah dulu, berarti belum ada blackberry ataupun jambul katulistiwa. “orang-orang dahulu itu belajar sangat lah sulit, harus memiiliki tekad yang sangat kuat, karena pada zaman penjajahan, buku tulis pun belum ada sama sekali, ada tapi hanya di pakai untuk kepentingan pemerintah dahulu, sehingga para pelajar dulu, menulis dengan menggunakan plastik putih yang sudah kusam karena keseringan di pakai dan di hapus menggunakan lap basah. Seharus nya kalian yang belajar di zaman super canggih sekarang ini bersyukur, karena fasilitas semua memadai” ujar Bu Neni saat itu. Setelah mengingat itu, gue sendiri berfikir, bahwa sekarang itu waktunya untuk membangkitkan semua pelajar dari kebodohan. Namun nyata nya, banyak sekali pelajar yang malah membangun kebodohan dengan hal-hal negatif. Dikelas gue contoh nya. Udah banyak banget yang melakukan hal-hal yang menjengkelkan dan penuh dengan sikap-sikap negatif, sehingga guru-guru semua selalu terasa kesal atas sikap kelas gue ini. Mungkin gue juga termasuk anak yang badung di kelas, sering bengong tidak memperhatikan pelajaran, kalau ada persentasi selalu berkata ngawur, dan berdongeng yang malah nyambung ke musik cherrybelle, masih banyak sikap konyol gue di sekolah.
Kadang sekolah pun suka membuat peraturan yang tidak gue ngerti, contohnya rambut. Razia rambut dilakukan agar mendidik anak menjadi anak yang disiplin, tapi setelah murid-murid mencukur rambut nya menjadi pendek, tetep saja disalahkan hanya karena gaya potongan rambutnya yang kaya jalan tol ketombe (skin). Entah apa nyambungnya rambut dengan kedisiplinan, coba kalian lihat mahasiswa yang memiliki rambut panjang, mereka tidak pernah kena razia rambut, ataupun di potong masal ditengah lapangan kampus dan menangis-nangis histeris “ampuuuuun ibuuuu, jangan potong rambut saya, ini warisan dari zaman Teuku Umar” kebayang aja tuh mahasiswa rambutnya sepanjang apa. Gue pernah liat mahasiswa UPI yang memiliki rambut Gimbal yang otomatis termasuk rambut gondrong, tapi dia ga punya masalah dengan kedisiplinan, dan juga ga sama sekali berpengaruh dengan nilai kuliah nya. Jika mahasiswa yang memiliki rambut gondrong dan dibilang ga disiplin, berarti mahasiswa itu semua orang yang ga bener, dan universitas negeri pun tidak bisa mendidik anak, dan mungkin bisa turun prestasinya hanya karena rambut gondrong. Masalah sepele rambut bisa membuat murid-murid itu merasa tertekan saat sekolah, misalnya ada seorang murid yang pintar, rajin, dan ramah disekolah. Ia lupa mencukur rambutnya dan keesokan harinya ada razia di setiap kelas. Saat murid tersebut masuk kelas, perasaan nya sangat gundah hanya karena rambut, gelisah, risau dan sebagainya, sehingga akhirnya pelajaran yang harus nya dia perhatikan malah terganggu, dan nilai ulangan harian nya pun menjadi turun, dan semua prestasi nya terganggu hanya karena rambutnya yang lupa di cukur. Manusia memang tak pernah lepas dari kata ‘lupa’. Apakah jangan-jangan semua saham barber shop itu udah di beli sama semua guru-guru? Jadi semua murid nya harus selalu mencukur rambut nya, sehingga semua guru pemilik saham barber shop mendapatkan keuntungan yang melimpah.
Tentara, jelas-jelas mereka memang harus merapikan rambutnya. Coba saja ketika terjadi perang, rambut mereka seperti vokalis Reggae. Yang ada peperangan berubah menjadi festival reggae sedunia. Atau pada saat mau berangkat perang, mereka berjejer di salon untuk mencari model potongan Lee Min Hoo saat bermain di Boys Before Flowes. Tentara memiliki rambut rapi itu memang agar tidak menggangu agar memiliki penampilan yang elegan dan gagah. Berbeda dengan anak pelajar, murid-murid di eropa tidak pernah ada masalah dengan rambutnya saat belajar, mereka pun tak perlu memakai pakaian seragam, dan itu semua tidak dijadikan masalah. Hanya memang seragam itu penting untuk menandakan bahwa seseorang yang memakainya merupakan seorang pelajar.
Intinya semua murid atau pelajar, ingin merasa bebas dan tidak terlalu di ikat dalam peraturan. Namun mereka tetap berada di peraturan yang fleksibel dan tidak terlalu menekan akan kebebasan mereka. Mereka sebenarnya bisa berfikir cemerlang dan kreatif saat diluar sekolah atau saat merasa bebas untuk melakukan apa saja. Tentu saja tetap, pelanggaran-pelanggaran yang bersikap negatif harus selalu diberi sanksi yang setimpal.